Penemuan Seputar Teknologi Otak
Proses pada tingkat sinapsis – sinapsis didefinisikan sebagai “ruang” pertemuan antara dua ujung sel saraf melalui pelepasan zat kimia bernama neurotransmiter memungkinkan kita bertanya lebih jauh soal teknologi otak.Teknologi otak sudah cukup lama dimulai ketika Hess pada 1930-an yang kemudian mendapatkan Nobel Kedokteran pada 1949 berhasil menempatkan elektroda ke dalam otak dan memonitornya dari luar.
Rangsangan elektrik pada bagian tertentu otak berhasil memicu sikap dan perilaku tertentu. Setelah Hess, Flynn (1967) berhasil membangkitkan perilaku membunuh pada kucing dengan memberikan rangsangan listrik pada area otak.
Hofstatter dan Girgis (1972) melaporkan hal serupa pada monyet. Delgado (1969) berhasil meredam perilaku agresif banteng aduan hanya dengan meletakkan elektroda yang ditanamkan dalam amygdala banteng dengan menggunakan gelombang radio.
Bedah jiwa (psychosurgery) pertama kali dilakukan oleh Moniz (1936) terhadap penderita depresi dan schizophrenia.
Sejauh ini, transplantasi otak parsial yang berhasil dilakukan teknologi mutakhir sekarang ini baru terbatas pada daerah tertentu di bagian otak bernama ganglia basalis untuk menyembuhkan penyakit Parkinson, penyakit yang berkaitan dengan gangguan gerakan karena kekacauan dalam neurotransmisi dan kadar zat bernama dopamin.
Uji coba itu pun baru terbatas pada hewan percobaan. Dibandingkan dengan keberhasilan dalam teknologi jantung seperti pemasangan ring pada pembuluh darah untuk balonisasi, atau pemasangan pagemaker dan dibuatnya katup buatan teknologi otak relatif lambat berkembang.
Instrumentasinya berkembang sangat pesat, tetapi aplikasi teknologi itu jauh lebih lambat. Memang, teknologi otak untuk kepentingan terapeutik seperti pengeluaran tumor tanpa membuka tengkorak, pemotongan corpus callosum untuk mengobati penyakit ayan, atau pemasangan shunt pada bayi hidrosefalus relatif berkembang baik.
Namun, teknologi otak merupakan tantangan yang berat.
Saya membayangkan akan adanya teknologi otak yang mampu membuat manusia menjadi lebih balk. Perilaku – perilaku buruk seperti kecenderungan merusak, korupsi, berbuat kriminal, dan ketidakmatangan emosional spiritual dapat dihilangkan dengan teknologi otak.
Jika banteng agresif bisa dijinakkan, hal yang sama mungkin juga dilakukan pada manusia. Duchene, ahli saraf dari Prancis, pernah menunjukkan keberhasilan dengan menciptakan duchene smile melalui perangsangan bagian tertentu otak dengan sebuah elektroda.
Kabar baik yang ditemukan pada banyak riset adalah kenyataan bahwa otak ternyata diciptakan untuk dapat berubah. Otak adalah mesin canggih yang mudah berubah tanpa kehilangan sifatnya yang asli.
Intervensi pendidikan ternyata bisa mencapai hingga sintesis protein di tingkat gen. Para ahli yakin bahwa pendidikan dapat mengubah tidak saja perilaku orang, tetapi juga mengubah struktur sinapsis. Pendidikan, karena itu, dapat merupakan teknologi otak yang lebih soft untuk mengubah manusia.
Pendidikan yang bertumpu pada penggalian keunggulan manusia dari pada memasalahkan kelemahannya akan merupakan teknologi paling bagus untuk menciptakan manusia cerdas dan baik.
Demi peradaban masa depan, manusia harus menyiapkan kendali atas teknologi otak, teknologi rekayasa manusia. Pendidikan kita harus bertumpu pada kesadaran untuk membangun manusia yang lebih baik.
Pustaka:
Brain Management for Self Improvement, Oleh Prof. Dr. Santoso, M.Sc, Mizan.
sumber: http://www.dronce.com/archive/1503/b...eknologi-otak/
0 comments:
Post a Comment
Keuntungan apabila berkomentar:
1. Blog ini sudah saya set menjadi DOFOLLOW
2. Ada permasalahan, pasti saya jawab
3. Bisa buat request artikel yang dibutuhkan
Silakan Isi KOmentar Dengan Baik